Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Bursa Asia Mulai Lemah Lagi?

Senin, 30 Oktober 2023 | Oktober 30, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-30T02:42:46Z


 Jakarta, pantau.online- Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (30/10/2023), di mana investor cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di kawasan tersebut.

Per pukul 08:31 WIB, hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang terpantau menguat pada pagi hari ini, yakni naik 0,15%.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,18%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,64%, Shanghai Composite China turun 0,17%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,59%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,56%.

Investor di Asia-Pasifik cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di kawasan tersebut, di antaranya keputusan suku bunga bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dan data aktivitas manufaktur China pada Selasa besok.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah masih lesunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupambles 1,12% dan S&P 500 melemah 0,48%. Namun untuk indeks Nasdaq Composite berakhir menguat 0,38%.

Bursa melemah karena memanasnya perang Israel vs Hamas serta masih kencangnya data ekonomi AS.

Permintaan dari sektor manufaktur AS juga tumbuh kencang 4,7% pada September, dari kontraksi 0,1% pada Agustus 2023.

Klaim pengangguran tercatat naik 10.000 menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023. Kendati naik tetapi klaim pengangguran masih dalam kisaran terendah dalam delapan bulan terakhir.

Aktivitas bisnis di AS meningkat pada Oktober 2023. Data S&P Global Manufacturing PMI Flash menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat ke level ekspansif yakni 50, dari 49,8 pada September.

S&P Global Service PMI Flash juga menunjukkan penguatan menjadi 50,9 pada Oktober, dari 50,1 pada September. Sebaliknya, HCOB Manufacturing PMI Flash pada Oktober 2023 melandai sedikit ke 43 dari 43,4 pada September.

HCOB Composite PMI Flash pada Oktober 2023 melandai menjadi 46,5 pada Oktober, dari 47,2 pada September 2023.

Data-data ekonomi AS yang kencang ini membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, inflasi AS masih sulit turun ke depan sehingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih bisa hawkish.

Imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun stagnan di angka 4,85%. Imbal hasil masih berada di level tertingginya dalam 16 tahun terakhir atau sejak 2007

Indeks dolar juga masih kencang di posisi 106,56. Posisi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 106,6. Namun, masih berada di level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.

Sementara itu, ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun.

Meski melaju kencang, pelaku pasar justru menanggapi negatif data tersebut.

"Outlook ekonomi kita masih belum pasti. Pertumbuhan kuartal III memang masih kuat tetapi semua orang memproyeksi ekonomi AS akan melambat. Pertanyaannya adalah seberapa besar dan seberapa cepat," ujar Dave Sekera, analis dari Morningstar, dikutip dari CNBC International.

Kini, fokus pasar akan tertuju pada The Fed, di mana pada pekan ini bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,50% pada bulan ini. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 99,9% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan.

Namun, yang paling ditunggu pelaku pasar adalah sinyal kebijakan ke depan. The Fed pada pertemuan September lalu mengisyaratkan masih akan mengerek suku bunga sekali lagi pada tahun ini meskipun kebijakan akan sangat ditentukan oleh data-data ekonomi.

Data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih melaju kencang sehingga inflasi diproyeksi sulit melandai.



Sumber: cnbcindonesia.com

×
Berita Terbaru Update