Jakarta, pantau.online - Nilai tukar rupiah masih babak belur pekan ini. Perang Israel vs Hamas, capital outflow, dan ekspektasi masih hawkishnya suku bunga di Amerika Serikat (AS) menjadi pemicunya.
Dikutip dari Refinitiv, nilai tukar rupiah di posisi Rp 15.935/US$1 pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (27/10/2023) atau ambruk 0,13%. Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif rupiah yang ambruk menjadi tiga hari perdagangan beruntun.
Dalam sepekan ini, mata uang Garuda terdepresiasi 0,41%. Artinya rupiah sudah ambruk selama delapan pekan beruntun.
Pelemahan sepekan ini juga menjadi catatan negatif panjang rupiah. Sejak Mei tahun ini, rupiah hanya mampu menguat tiga kali dalam sepekan. Selebihnya mata uang Garuda ambruk.
Nilai tukar jatuh karena derasnya arus keluar modal asing atau capital outflow serta kekhawatiran mengenai masih hawkishnya bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Meningkatnya ketidakpastian global akibat perang Israel vs Hamas juga menambah tekanan kepada rupiah.
Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) bahkan secara khusus menyoroti besarnya investor asing yang meninggalkan Indonesia.
"Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat," ungkap Jokowi dalam pertemuan beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Larinya modal asing ini sejalan dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun di AS yang meningkat serta besarnya permintaan dolar AS. Dolar dan imbal hasil lari kencang salah satunya karena pasar masih berekspektasi The Fed masih akan hawkish dalam waktu yang lama.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun pada perdagangan Jumat kemarin di angka 4,85%. Imbal hasil masih berada di level tertingginya dalam 16 tahun terakhir.
Indeks dolar juga masih kencang di posisi 106,56. Posisi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 106,6. Namun, masih berada di level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.
Data Bank Indonesia (BI) merujuk pada transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan asing sebenarnya sudah mencatat inflow. Investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp1,04 triliun terdiri dari beli neto Rp2,18 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,57 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,44 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI)
Ini adalah kali pertama sejak pekan pertama September 2023, asing mencatat inflow.
Catatan BI menunjukkan asing mulai mencatat jual netto beruntun sejak Agustus 2023. Sepanjang tiga bulan terakhir, asing hanya mencatat net buy dua kali dalam satu pekan yakni pada awal September dan pekan ke empat Oktober 2023 atau pekan kemarin.
Derasnya capital outflow ini terjadi secara beruntun sejak minggu ke-4 September khususnya dalam data transaksi 25-27 September 2023 yang tercatat investor asing di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,16 triliun di SRBI.
Nilai tukar rupiah juga jatuh sejalan dengan aksi jual asing di pasar SBN. Kepemilikan investor asing terhadap SBN Indonesia tercatat 15,51% pada Juni 2023. Namun, porsi asing kini tersisa 14, 66%.
Upaya BI untuk menahan laju asing dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,0% pada 19 Oktober lalu lalu belum efektif.
Pelemahan mata uang memang tidak hanya dialami rupiah. Sebagian mata uang Asia melemah pekan ini dengan pelemahan terdalam dicatat oleh won Korea yakni 0,43% disusul dengan rupiah.
Namun, sejumlah mata uang Asia justru terbang termasuk yen, dolar Singapura, dan Baht Thailand.
Sumber: cnbcindonesia.com