Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Apakah Rupiah Bisa Naik Lagi? Kita Tunggu Data Cadev

Selasa, 07 November 2023 | November 07, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-07T02:54:20Z


 

Jakarta, Pantau Online - Nilai tukar rupiah berhasil menguat tiga hari beruntun dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan penguatan beberapa hari ini menjadi yang tercepat dalam tahun ini. Akankah penguatan rupiah berlanjut di tengah penantian data cadangan devisa Tanah Air hari ini dan sejumlah sentimen eksternal dari China dan AS? 

Melansir data Refinitiv, rupiah menembus level psikologis Rp15.600/US$ dan ditutup di level Rp15.535/US$ pada perdagangan kemarin, Seini (6/11/2023). Ini merupakan posisi terkuat sejak 2 Oktober 2023 atau sekitar satu bulan terakhir.

Penguatan rupiah ini t ditopang sentimen positif dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang dinilai lebih dovish. Kebijakan tersebut membuat aliran modal masuk kembali terjadi. Faktor The Fed juga menjadi penopang setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat kinerja yang mengecewakan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada periode itu tumbuh 4,94% (year on year/yoy), sedangkan secara kuartalan atau qtq tumbuh 1,60%, dan secara kumulatif atau ctc tumbuh 5,05%.

Beralih pada hari ini, Selasa (7/11/2023) ada sejumlah sentimen baik dari eksternal dan domestik yang perlu dicermati karena bisa berpengaruh terhadap gerak rupiah.

Pertama datang dari China yang akan merilis data ekspor-impor hingga neraca dagangnya pada hari ini. Neraca dagang China September tercatat sebesar US$77,71 miliar dari US$82,67 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara konsensus memperkirakan akan terjadi kenaikan neraca dagang China menjadi US$81,95 miliar dan semakin memperpanjang tren surplusnya.

Ekspor dari China pun diproyeksikan masih rendah meski mulai ada perbaikan yakni terkontraksi 3,1% yoy dari periode sebelumnya yang kontraksi 6,2% yoy. Begitu pula dengan impor yang masih cukup rendah namun diekspektasikan lebih baik yakni kontraksi 5,4% yoy dari periode sebelumnya kontraksi 6,2% yoy.

Data ini menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab China merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Maka dari itu, jika ekspor-impor China sudah mengalami perbaikan, maka permintaan terhadap barang dari Indonesia akan mengalami perbaikan pula hingga perekonomian Indonesia pun akan terkerek naik.

Masih di hari yang sama, AS pun akan merilis data neraca dagang beserta ekspor-impor. Konsensus menilai bahwa neraca dagang AS masih berada dalam zona negatif dengan didominasi oleh impor yang melebihi ekspor. Ekspektasi pasar bahwa neraca dagang AS berada di defisit US$60 miliar atau lebih dalam dibandingkan defisit periode sebelumnya yakni US$58,3 miliar.

Selanjutnya dari dalam negeri, akan rilis data Cadangan devisa (cadev) untuk periode Oktober 2023.

Diketahui cadev Indonesia terpantau dalam tren penurunan pada beberapa bulan terakhir. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan posisi cadangan devisa per akhir September 2023 mencapai US$134,9 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$137,1 miliar.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023) menjelaskan penurunan cadangan devisa terjadi karena kebutuhan untuk menahan tekanan global.

"Dulu naik sampai US$ 139 miliar cadev saat inflow besar dan ekspor kita besar seperti itu, nah kita gunakan saat tentu saja ada tekanan-tekanan global seperti ini ya wajar itu adalah penurunan," terangnya.

Cadev RI terkuras sekitar Rp 10,3 miliar selama enam bulan beruntun dari US$ 145,2 miliar pada Maret 2023 menjadi US$ 134,9 miliar pada September 2023. Dengan pelemahan rupiah yang tajam pada Oktober 2023 maka cadev diperkirakan juga akan kembali turun pada Oktober tahun ini.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, kini rupiah sudah berada dalam tren penguatan yang cukup kencang, bahkan pada pergerakan kemarin, Senin (6/11/2023) terjadi gap down yang besar, posisi ini bisa menjadi resistance yang perlu dicermati di Rp15.725/US$, kendati begitu ada resistance dari level psikologis yang lebih dekat yang potensi bisa diuji dalam jangka pendek sebagai antisipasi pelemahan rupiah di sekitar Rp15.600/US$. 

Kemudian mengingat tren rupiah yang sedang dalam penguatan, maka potensi penguatan lanjutan masih bisa berlanjut. Hal ini bisa dicermati menggunakan support terdekat sebagai target penguatan jangka pendek di posisi Rp15.515/US$ yang diambil dari low 2 Oktober 2023 atau bisa juga menggunakan posisi level psikologis Rp15.500/US$. 

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS





×
Berita Terbaru Update