Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Saat yang Tepat Anda Membeli Saham Emas,

Jumat, 10 November 2023 | November 10, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-10T02:53:21Z


 Jakarta, Pantau Online - Saham emiten emas cenderung tertekan akhir-akhir ini. Namun, prospek menarik menanti emiten-emiten logam kuning tersebut di tengah situasi geopolitik saat ini.

Saham emiten Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), misalnya, turun 4,40% secara harian pada 9 November 2023 dan anjlok 8,42% dalam sepekan.

Kabar terbaru, BRMS mengungkapkan bahwa anak usahanya PT Citra Palu Minerals (CPM) menemukan sumber daya dan cadangan mineral baru di situs tambang emas Poboya, Palu, Sulawesi tengah.

Penambahan cadangan mineral di Blok 1 (Poboya) berasal darii prospek River Reef, prospek Hill Reef 1, dan prospek baru di Watuputih yang berada di sebelah barat River Reef.


Setelah penemuan tersebut, perusahaan menyebut bawa jumlah sumberdaya mineral yang ada di CPM meningkat sebesar 50% dari sebelumnya 28,4 juta ton bijih menjadi 42,7 juta ton bijih dengan rata-rata kadar emas 2.6 g/t.

Sementara jumlah cadangan mineral yang dikelola oleh CPM juga meningkat sebesar 38% dari sebelumnya 22,8 juta ton bijih menjadi 31,5 juta ton bijih, dengan rata-rata kadar emas sebesar 2,4 g/t pasca penemuan cadangan baru.

Direktur Utama BRMS, Agus Projosasmito, menjelaskan bahwa tambahan sumberdaya dan cadangan mineral tersebut akan meningkatkan umur produksi dari tambang emas BRMS di Poboya, Palu.

"Kami juga berharap untuk dapat meningkatkan produksi emas kami pada semester kedua di 2023 dari fasilitas pemrosesan emas kedua kami yang baru selesai dibangun. Kenaikan produksi emas tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perusahaan di tahun 2023 ini," sebut Agus lewat keterangan tertulis.

Sebelumnya,BMRS mencatatkan laba bersih hingga kuartal III 2023 sebesar US$ 10,66 juta. Angka tersebut naik 65% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 6,47 juta.

Capaian laba bersih tersebut ditopang oleh total pendapatan yang meroket hingga hingga 294% menjadi US$ 32,74 juta dari periode yang sama tahun 2022 yang sebesar US$ 8,32 juta.


Saham lainnya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR), juga merosot 4,17% dan 3,58% dalam sepekan.

Peluang Menarik
Analis Morgan Stanley menyebut, sekarang adalah saat yang tepat untuk membeli saham emas. Ini karena ketegangan di Timur Tengah, yang disebabkan oleh perang Israel-Hamas, telah memicu kenaikan aset "safe-haven" emas seiring investasi pada logam mulia meningkat.

Reli tersebut memang telah melemah dan harga spot emas diperdagangkan pada US$1,949,89 per troy ons pada 9 November. Khususnya, saham-saham emas berkinerja buruk di bawah harga emas sekitar 20% dalam tiga bulan terakhir, tulis analis bank investasi tersebut, dalam catatannya pada 2 November.

Hal ini memberikan "peluang untuk mendapatkan eksposur ke sektor ini," tambah analis Morgan Stanley.

Namun, analis tersebut mencatat adanya risiko, seperti harga emas yang tidak menguntungkan dan ketidakpastian geopolitik.

Pelaku pasar sendiri memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan pasar tahun depan. Lebih rendahnya imbal hasil obligasi pemerintah AS tahun depan akan memberikan dorongan terhadap permintaan emas.

Emas sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS karena meningkatkan opportunity cost ketika memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas.

Kenaikan harga emas yang diperoleh dari perang Israel-Hamas mulai terkikis. Emas batangan sempat naik lebih dari 7% pada Oktober karena konflik di Timur Tengah meningkatkan permintaan safe-haven.




Sumber: cnbcindonesia.com

×
Berita Terbaru Update